Rabu, 14 Maret 2012

another story to share :)

Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah,
akhirnya bisa posting jugaaaaaaa. huaaa sesuatu ya, hehehehe

Apa kabar nih cakrawala? Masihkan membentang luas? :)
Pasti lagi pada hectic ya mempersiapkan opening SMANSA DAY 2012.
Tetap semangat untuk memberikan yang terbaik :)

Mau ngomong apa ya?
Heeemm, sedikit cerita aja gimana? Siapa tau bisa jadi inspirasi, hehehe


Oke, cerita ini berjuduuuuuuul *backsound eng ing eeeeeeeng
KEPALA IKAN
Bukan! Kita tidak akan membahas sistem respirasi ikan yang melalui lekuk insang, gerigi insang, kemudian lembar insang dan kemudian terjadi pertukaran gas saat ekspirasi dan oke cukup.

Ehem.


Cerita dimulai dengan keluarga nelayan ; ayah, ibu, dan empat orang anak lelaki yang hidup serba kekurangan. Sang ayah sebagai tulang punggung kadang tidak mampu menangkap ikan lebih untuk dijual... Bahkan untuk sekedar makan pun kadang mereka kekurangan.
Berkali-kali sang ayah hanya membawa sedikit ikan tangkapan untuk dimakan bersama. Mereka tentunya harus berbagi dengan bagian yang amat sedikit pula.

Sang ibu, dengan cintanya pada keluarganya selalu berkata,"Kalian makanlah yang kenyang. Sisakan aku kepalanya saja."

Begitu pula hari-hari saat sang ayah lagi-lagi tak mampu menangkap ikan lebih untuk dijual,
sang ibu selalu berkata, "Kalian makanlah dulu, sisakan aku kepalanya."
dan esoknya, dan esoknya, sang ibu hanya memakan kepala ikan...

Hingga tibalah ulang tahun sang ibu...
Pada hari bahagia itu, tak satu pun anggota keluarga nelayan  tersebut yang  ingat akan ulang tahun sang ibu hingga sore harinya.
Saat matahari mulai membenamkan dirinya pada sang Cakrawala, barulah mereka ingat akan ulang tahun sang ibu.
Mereka berlima pun bingung bukan main:
Harus memberi hadiah apa untuk ibu?
Bukankah mereka pun kesulitan?
Bukankan mereka tak punya uang?
Dan lagi, hari telah berangsur gelap.


Mereka berpikir, berpikir, dan berpikir...
hingga akhirnya tercetus ide:
Hadiahkan ibu kepala ikan saja! 

Maka datanglah mereka pada sang ibu dengan bungkusan yang dilipat sekenanya.
"Ibu, inilah hadiah kami untuk ulang-tahunmu..."

Sang ibu pun membuka bungkusan itu dengan perlahan dan hati-hati...
hingga ditemukannya kepala ikan di dalamnya.

Lantas sang ibu bertanya, "Mengapa kalian hadiahkan aku kepala ikan?"
Dan mereka pun menjawab, "Bukankah kepala ikan adalah bagian yang paling ibu sukai? Setiap makan malam ibu selalu berkata : Sisakan aku kepala ikannya saja. Bukankah itu artinya ibu sangat menyukai kepala ikan?"


Sang ibu terdiam.
Diam yang sangat lama.


Kemudian menangis.





Got the message?

Sang ibu tentunya tidak meminta disisakan bagian kepala ikan karena ia suka. Tapi karena ia peduli pada keluarganya. Ia biarkan keluarganya memakan bagian yang banyak dagingnya, dan ia memilih yang sedikit dagingnya.


Kadang kita merasa telah berkorban,
tapi orang lain tidak memahami. Mungkin mereka merasa sudah harusnya seperti itu, 
atau merasa itu hal biasa, 
atau mereka memang tidak mengerti pengorbanan itu sendiri.


Kadang kita merasa telah memberi yang terbaik,
tapi kita salah memahami apa yang sebenarnya 'terbaik'. 
Kita merasa  telah melakukan sesuai harapan,
tapi kita salah memahami harapan-harapan itu sendiri...








Cakrawalaku :)
Langit itu luas,
mengapa hanya memandang ke satu titik saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar